Berapa Usia yang Tepat untuk Mulai ?

Sebelum memutuskan untuk mengikutsertakan anak Anda dalam kursus atau sekolah musik, Anda perlu mempertimbangkan faktor usia. Belajar memainkan instrumen lebih awal tidak selalu menguntungkan. Sebagai contoh, seorang anak yang mulai belajar piano pada usia empat tahun ternyata tidak selalu menunjukkan kemajuan yang lebih baik dibandingkan anak lain yang mulai belajar di usia delapan tahun. Hal ini bisa terjadi antara lain karena : • Kemampuan otot dan koordinasi anak yang berusia empat tahun masih rendah jika dibandingkan dengan anak yang lebih tua. • Anak yang lebih tua biasanya lebih mengerti tentang tanggung jawabnya untuk belajar atau berlatih. • Anak yang lebih tua memiliki daya tangkap atau nalar yang lebih baik, sehingga ia lebih mudah menyerap materi pelajaran. Namun, usahakan tidak menunda memberikan anak Anda les musik sampai, misalnya, ia menginjak Sekolah Lanjutan Pertama (SMP). Materi atau lagu-lagu untuk pemula biasanya dirancang untuk anak-anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Akibatnya, mereka yang sudah berada di tingkat SMP akan merasa bosan atau menyepelekan pelajaran karena materinya dianggap terlalu mudah dan lagu-lagunya tidak lagi sesuai dengan jiwanya yang beranjak remaja. Di sisi lain, jika anak Anda memang baru mendapat kesempatan untuk belajar di usia remaja, jangan menghalanginya. Jika ia sungguh-sungguh berminat, berikanlah kesempatan baginya untuk mengikuti les. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dianggap “terlambat” belajar musik, tetapi memiliki minat besar dan kemauan keras, mampu berprestasi di bidang musik. Memulai lebih awal akan bermanfaat sejauh itu menyangkut pengenalan pada dunia musik, bukan permainan instrumen tertentu. Memang tidak dapat disangkal bahwa ada anak-anak dengan bakat istimewa yang mampu bermain instrumen dengan baik, bahkan sangat baik, di usia yang masih sangat belia. Si “Anaka Ajaib” Wolfgang Amadeus Mozart, misalnya, sejak usia empat tahun telah memukau para bangsawan Eropa melalui kemahirannya bermain piano dan kreativitasnya dalam mengubah lagu. Hal ini sebetulnya tidak mengherankan jika kita melihat latar belakang keluarganya yang musisi. Ayahnya, Leopold Mozart, adalah seorang pemimpin orkestra di sebuah istana di Salzburg, Austria. Ibunya, putri seorang musisi, juga turut berperan dalam perkembangan musikalitas Si kecil Wolfgang, bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Bagaimanapun juga, jika Anda tidak yakin betul anak balita Anda memiliki bakat istimewa dalam musik seperti Mozart, Anda tidak perlu memaksanya untuk mampu mahir memainkan instrumen musik di usianya yang masih sangat muda. Sebaiknya Anda mulai menawarkan les musik kepada anak Anda ketika ia sudah menginjak kelas satu Sekolah Dasar. Pada waktu ini buah hati Anda sudah mulai mengenal tanggung jawabnya untuk belajar dan berlatih. Ia juga mulai terbiasa dengan jadwal yang rutin. Kemampuan komunikasi dan motoriknya juga sudah lebih baik. Namun jika Anda tetap ingin anak Anda memulai lebih awal, tidak ada salahnya untuk mendaftarkannya pada sekolah musik. Yang perlu Anda ingat, les yang ia ikuti lebih menitikberatkan pengalaman musikal dan bukan kemampuan teknis. Sandra L. Bernhard, DipABRSM

Komentar